02 April 2009

TEGALANDONG CORNER

PROFIL DESA TEGALANDONG

Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Tegal
Kecamatan Lebaksiu
Kepala desa Abdullah, s.Pd
Luas -
Jumlah penduduk 6030
- Kepadatan

Tegalandong adalah sebuah desa di kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Indonesia.

Di Tegalandong ada beberapa pedukuhan yang biasa di sebut BLOK dan tidak biasa di sebut dusun. Untuk mempermudah mencari lokasi atau alamat akan lebih mudah bila kita mencari nama blok.

Beberapa blok tersebut adalah :Blok Karang Anyar , Blok Srengseng , Blok Kebon Gede , Blok Pacing , Blok Sabrang , Blok Kerajan , Blok Mejasem dan Blok Ponjolan yang letaknya justru lebih menempel ke desa Kambangan ( Sebuah desa di sebelah selatan Tegalandong ).

Letak Desa Tegalandong tidak jauh dari Kantor Kabupaten Tegal di Slawi atau berjarak kurang lebih 2 KM ke arah selatan, Bahkan sebagian kantor instansi pemerintah Kabupaten Tegal ada di desa Tegalandong dan bahkan Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas IIB Kabupaten Tegal berada di sini / di Tegalandong, Kec Lebaksiu.

Dari Kota Slawi ada banyak kendaran yang dapat digunakan untuk mencapai desa ini , dari mulai Becak , dokar dan Angkutan Pedesaan No.212 dan 555, dengan menggunakan becak dari Jantung atau dari Terminal Bus Slawi bisa ditempuh dengan kurang lebih 30 menit dan jika menggunakan Mobil atau motor bisa ditempuh kurang dari 10 menit .

Masyarakat Desa Tegalandong hidup dari bertani , pedagang , pegawai negeri , buruh tani dan sebagian merantau ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung , Surabaya dan Malang serta Bali .

Sekilas bila anda memasuki desa ini dari arah kota slawi : Menyusuri Jalan utama yang merupakan jalur kecamatan kurang lebih 300 meter dari batas Desa Kalisapu Kecamatan Slawi dengan Desa Tegalandong Kecamatan Lebaksiu kita akan mendapati sebuah Rumah Besar yang merupakan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Kabupaten Tegal, membentang disebelah timur sampai habis batas desa Tegalandong dengan desa Jatimulya adalah Tanah Sawah Inventaris desa , yang digarap oleh para Pamong desa ( mulai dari Kepala desa sd para staff )adapun di sebelah barat jalan utama tersebut membentang tanah pesawahan milik warga .
Sumber :http://id.wikipedia.org


WARGA BANGUN JEMBATAN PENGHUBUNG ANTAR RW

Demi memperlancar arus lalu lintas antara 4 RW di Desa Tegalandong Kecamatan Lebaksiu, warga bergotong royong mambangun jembatan.

Dalam pembangunannya, warga melibatkan mahasiswa Unsoed Purwokertio yang sedang menjalankan Kuliah kerja Nyata (KKN) Kesehatan di desa tersebut.

Jembatan yang baru dibangun warga itu sebelumnya merupakan jembatan sementara (sasak) yang terbuat dari bahan bambu. Jembatan yang melintang di atas Kali Desa itu kemudian dibangun warga dengan konstruksi tulang besi dan cor beton. Selain memperbaiki kualitas bahan bangunan, warga juga memperlebar jembatan. Kini ukurannya menjadi sepanjang 2,5 meter dengan lebar 3,5 meter. Jembatan itu merupakan penghubung utama antara Blok Kubang (RW 02) - Blok Sabrang (RW08) - Blok Mejasem (RW 09 dan RW 11).

''Anggarannya diperkirakan mencapai Rp 45 Juta. Sekarang ini kami menggunakan anggaran ADD (Alokasi Dana Desa, red) tahun 2008 sebesar Rp 10 Juta. Sisanya, dari swadaya masyarakat dan bantuan dari mahasiswa KKN,'' terang Kades Tegalandong, Abdulloh.

Dijelaskan oleh Abdulloh, keberadaan jembatan itu sangat penting artinya bagi warga di 4 RW. Pasalnya, jembatan itu merupakan penghubung utama antara warga di keempat RW dengan lokasi yang lain. Selain itu, keberadaan jembatan juga dapat memmbantu arus lalu lintas warga. Terutama bagi pelajar yang tinggal di keempat RW itu.

''Selama ini warga selalu kesulitan membawa bahan makanan dan juga bahan bangunan. Karena semua harus dipikul, saat melintasi jembatan sasak. tadinya anak-anak sekolah juga harus menempuh jalan memutar,'' ungkapnya.

Ditambahkan oleh Abdulloh, pembangunan jembatan itu sudah lama diidam-idamkan oleh warga. Bahakan, menurutnya, warga sudah mengidam-idamkan sejak sekitar 12 tahun lalu. Rencananya, pembangunan jembatan yang dimulai september 2008 itu akan selesai pada bulan April 2009 mendatang.

''Ke depan, kami harap jembatan ini kuat dilalui warga maupun kendaraan. Sehingga warga tidak lagi kesulitan,'' harapnya.

Koordinator mahasiswa KKN desa Tegalandong, Andika Prasetiyono (21) mengungkapkan bahwa bantuan yang diberikan oleh pihaknya dalam bentuk tenaga dan material. Dikatakannya, bantuan yang diberikan masih dalam rangkaian kegiatan KKN Kesehatan mahasiswa Unsoed di desa Tegalandong.

''Untuk pembangunan jembatan, kami hanya membantu dengan tenaga dan dana. Selain kegiatan ini, kami juga melaksanakan kegiatan lainnya yang masuk dalam program kerja kami,'' ujarnya.

Ditambahkan oleh Sekretaris mahasiswa KKN Unsoed desa Tegalandong, Istiqomah (22), pelaksanaan KKN Kesehatan berlangsung selama 35 hari. untuk titik berat program yang dilaksanakan, lanjutnya, lebih difokuskan pada bidang kesehatan masyarakat.

''Untuk KKN kali ini, fokusnya pada bidang kesehatan. Termasuk di dalamnya segala sisi yang menunjang faktor kesehatan warga,'' terangnya. (aan)
seumber : http://www.radartegal.com


''Saya Ingin Kembali Melaut''

* Korban Penyanderaan di Somalia

SIANG nan terik, delapan anak buah kapal Dong Won 628 yang baru saja tiba di Kabupaten Tegal itu terlihat santai bersama keluarganya di depan Pasar Trayeman, Kecamatan Slawi, Kamis (17/11) lalu.

Kedelapan pelaut itu adalah Wardono (warga Desa Kalisapu), dua warga Kelurahan Kagok, Kecamatan Slawi, Mulyadi dan Nur Iman. Kemudian, dua warga Desa Pendawa, Riyanto dan Iswanto, serta Moch Ujer (warga Desa Tegalandong, Kecamatan Lebaksiu), dan dua warga Pemalang bernama Tarisno dan Canusi. Wardono mengatakan, meski sempat di sandera oleh kelompok separatis di Somalia, dirinya tidak merasa takut untuk kembali berlayar.

Bahkan dia mengaku selama dalam penyaderaan merasa nyaman. Sebab, dirinya diperlakukan dengan baik oleh sang penyandera. "Sebab, mereka tahu saya muslim. Bahkan saya juga sempat dipinjami sarung untuk shalat," katanya.

Untuk diketahui, para ABK Dong Wong 628 yang berasal dari Indonesia (9 orang), Vietnam (5), China (3), dan Korea (8) sempat disandera di tengah laut lepas selama hampir empat bulan, pada April lalu.

Dia mengatakan, meski pernah disandera, dirinya tidak merasa jera untuk melaut lagi. Bahkan, setelah rasa rindu dengan keluarganya reda, dia berencana bekerja kembali menjadi anak buah kapal. "Itu kan baru apes saja," terangnya.

Lebih lanjut dia mengaku pulang ke Tegal karena orang tuanya menghendaki demikian. Mereka mencemaskan keselamatannya. "Karena diminta pulang, saya pulang," tandasnya.

Ny Wastilah (52), warga Beji, Kabupaten Pemalang mengungkapkan rasa harunya dengan dua buah hatinya, yakni Tarisno dan Canusi. "Saya merasa lega karena dia sudah pulang," kata warga Desa/ Kecamatan Beji, Pemalang itu.

Dibantu Rp 5 Juta

Moch Ujer (35), warga Desa Tegalandong, mengungkapkan, kejadian itu bermula ketika mereka sedang memancing. Tiba-tiba, sebuah kapal berpenumpang delapan orang melaju mendekati Kapal Dong Won 628 di perairan Somalia. Delapan orang itu kemudian masuk ke dalam kapal berbendera Korea tersebut. Kedatangan mereka yang semuanya berku1lit hitam dan bersenjata api itu membuat panik 25 anak buah kapal (ABK).

Layaknya dalam film-film laga, drama penyanderaan kapal pencari ikan itu pun dimulai. Mereka tidak bisa berbuat banyak karena nyawa taruhannya.

Bupati Tegal Agus Riyanto mengatakan, sebagai bentuk kepedulian terhadap para anak buah kapal tersebut, Bupati akan membantu setiap ABK yang ingin kembali bekerja menjadi pelaut ke luar negeri. Besar bantuan Rp 5 juta/orang.

"Mereka adalah pahlawan bagi keluarga mereka," katanya. (Aris Mulyawan-52n)
sumber : http://www.suaramerdeka.com (Sabtu, 18 Nopember 2006)


PENDERITA GIZI BURUK KEMBALI DITEMUKAN DI KABUPATEN TEGAL

Gizi.net - Satu orang penderita gizi buruk kembali dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dokter Soeselo Slawi, Kabupaten Tegal, Rabu (2/4). Ia adalah Gito Prayitno (6), anak pasangan Tabah (45) dan Saroh (42), warga Desa Cintamanik, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.

Anak bungsu dari empat bersaudara itu tergolek lemah di salah satu ruang bangsal Anggrek. Ia tidak dapat berjalan. Bicaranya juga tidak jelas. Kakinya terlihat sangat kecil, hanya sebesar pelepah daun pisang.

Saroh mengatakan, anaknya mulai dirawat di rumah sakit sejak Senin lalu. Berat badan Gito hanya sembilan kilogram. Ia juga mengalami diare dan sempat mengalami muntah darah.

Menurut dia, Gito lahir dalam kondisi normal, dengan berat badan 3,25 kilogram. Namun saat menginjak usia satu tahun, anaknya tersebut mengalami panas tinggi. Ia juga beberapa kali menderita diare.

Setelah itu, pertumbuhan Gito terganggu. Hingga saat ini, ia tidak dapat berjalan. Untuk makan, ia j uga perlu bantuan orang lain. Berat badan Gito sempat mencapai 12 kilogram saat usia tiga tahun. Namun secara perlahan, berat badan anaknya tersebut terus menurun.

Saroh mengatakan, selama ini keluarganya memang hidup pas-pasan. Suaminya hanya bekerja se bagai buruh serabutan. Ia tidak dapat bekerja membantu suaminya, karena harus merawat Gito di rumah. Akibatnya, pemenuhan gizi untuk anak-anaknya sering terabaikan.

Dokter anak RSUD dokter Soeselo Slawi, Fajar Danu Aji mengatakan, selain menderita gizi bu ruk, Gito juga terkena penyakit radang paru-paru akut. Ia juga mengalami kelainan sejak bayi, berupa kelumpuhan syaraf. Akibatnya, pola asuh maupun pola makannya sangat tergantung pada orang lain.

Menurut Fajar, penyakit lumpuh yang diderita Gito tidak dapat disembuhkan. Pihak rumah sakit hanya berusaha menyembuhkan penyakit radang paru-paru akut dan memperbaiki kualitas gizi anak tersebut.

Kepala Sub Bidang Pelayanan RSUD dokter Soeselo Slawi, Endang Puji Hastuti mengatakan, selama Januari hingga April 2008, jumlah penderita gizi buruk yang dirawat di RSUD dokter Soeselo sebanyak enam orang . Dua diantaranya meninggal dunia, yaitu Ahmad Firmansyah (11 bulan), warga Desa Karanganyar, Kecamatan Kedungbanteng, dan Moh Yusuf Ajin (32 hari), warga Desa Tegalandong, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal.

Ahmad meninggal pada 12 Februari lalu, setelah terserang penyakit broncho pneumonia. Ia dirawat di rumah sakit selama tiga hari, dengan berat badan 4,6 kilogram. Moh Yusuf meninggal pada 6 Maret, setelah menjalani perawatan selama empat hari di rumah sakit. Berat badan Yusuf hanya 2,1 kilogram.
Sumber: http://www.kompas.com (Kamis, 3 April, 2008 )

PEMBUATAN KOMPOS DI UJI COBAKAN

LEBAKSIU - Pembuatan pupuk organik berbahan jerami belum lama ini diujicobakan mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata Kesehatan (KKK) Unsoed Purwokerto di Desa Tegalandong Kecamatan Lebaksiu.

Menurut koordinator kegiatan Istiqomah, uji coba tersebut baru kali pertama dilakukan. Sehingga pihaknya masih menunggu hingga proses berlangsung.

''Baru sekali ini kami melaksanakan uji coba pembuatan pupuk organik ini. kami masih menunggu sekitar 15 sampai 30 hari untuk mengetahui hasilnya,'' terang Istiqomah.

Selain untuk mengetahui keberhasilan proses, lanjutnya, pembuatan kompos itu juga untuk mengetahui secara pasti tingkat efektifitas dan efisiensi pembuatan pupuk. Hal itu terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses pembuatannya, jika dibandingkan dengan pupuk organik kemasan yang dijual secara bebas di pasaran.

''Yang jelas, untuk proses pembuatannya kami membutuhkan cairan penumbuh bakteri. Sekarang ini, yang beredar di pasaran ada 2 jenis, cair dan padat. Untuk uji coba ini, kami menggunakan bahan cair,'' terangnya.

Dijelaskannya, untuk membeli 1 buah kemasan cairan penumbuh bakteri, dibutuhkan biaya sebesar Rp 25 Ribu. Dalam satu kemasan, diperkirakan berisi sekitar 21 takaran sendok makan. Sementara untuk pembuatan pupuk dari bahan jerami yang dimampatkan hingga berukuran 1 meter kubik membutuhkan sebanyak 5 sendok makan cairan penumbuh mikroba.

''Perkiraan, untuk 1 meter kubik jerami yang dimampatkan ini dapat menghasilkan pupuk untuk sekitar 1 bau (sekitar 0,6 Ha, red). Tapi akan kita lihat lagi setelah percobaan ini selesai,'' ujar mahasiswa Fakultas Pertanian itu.

Dipilihnya media jerami, menurut Istiqomah, kerana dinilai memiliki kadar kalium yang tinggi. Sehingga diharapkan, bakrteri dapat tumbuh subur dalam media tersebut. Hal ini, lanjutnya, sangat berpengaruh pada proses fermentasi yang kemudian mengubah tumpukan jerami menjadi remah-remah pupuk kompos.

''Jerami memiliki kadar Kalium yang tinggi, sekitar 80 persen,'' terangnya.

Uji coba pembuatan pupuk dilakukan oleh mahasiswa KKK di halaman rumah milik Mukmin, Ketua kelompok tani Sumber Harapan di Dukuh Mejasem Desa Tegalandong. Percobaan itu juga dihadiri sejumlah petani yang tergabung dalam 8 kelompok tani. Selain itu, hadir pula petugas penyuluh pertanian.

''Kami berharap percobaan ini dapat mengubah pola ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik. Sehingga kesuburan tanah dapat terus dijaga kelestariannya,'' pungkas Istiqomah.

Antusias petani dan warga dalam percobaan itu cukup tinggi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan seputar proses pembuatan pupuk kompos. (aan).